Filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara menekankan bahwa pendidikan adalah proses pembudayaan buah budi manusia yang beradab dan hasil dari perjuangan manusia menghadapi dua kekuatan yang senantiasa mengelilingi kehidupan manusia, yaitu kodrat alam dan zaman atau masyarakat. Menurutnya, pendidikan adalah hakiki bagi manusia sepanjang peradabannya, seiring dengan perubahan zaman, dan berkaitan dengan usaha manusia untuk memerdekakan dirinya baik secara lahir maupun batin agar tidak tergantung pada orang lain dan dapat bersandar pada kekuatan sendiri.

Oleh karena itu, tema besar dalam kebijakan pendidikan Indonesia saat ini adalah Merdeka Belajar, yang bertujuan untuk mewujudkan Profil Pelajar Pancasila. Profil Pelajar Pancasila menggambarkan pelajar sepanjang hayat yang kompeten dan memiliki karakter sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, yaitu beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mandiri, bergotong-royong, berkebinekaan global, bernalar kritis, dan kreatif.

Untuk menumbuhkan karakter yang baik pada anak sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila, seorang guru harus mampu menjalankan peran sebagai guru penggerak. Guru penggerak harus menjadi agen perubahan, memulai dari dirinya sendiri dengan menanamkan nilai-nilai seperti mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, dan berpihak pada murid. Dengan mengambil inisiatif, guru penggerak dapat melakukan perubahan yang sejalan dengan tujuan pendidikan nasional dan mewujudkan merdeka belajar.

Salah satu pendekatan yang dapat digunakan oleh guru penggerak untuk mewujudkan visi tersebut adalah inkuiri apresiatif. Inkuiri apresiatif merupakan pendekatan manajemen perubahan yang kolaboratif dan berbasis kekuatan, yang berfokus pada kekuatan yang dimiliki setiap anggota komunitas untuk mencapai perubahan yang diinginkan.

Untuk mencapai visi tersebut, sekolah harus menjadi tempat yang aman, nyaman, dan kondusif bagi seluruh warga sekolah. Ini dapat dicapai dengan membangun budaya positif di sekolah, yang mendukung pembentukan karakter anak. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan dalam pembangunan budaya positif adalah disiplin positif, yang bertujuan untuk mengembangkan peserta didik menjadi pribadi yang bertanggung jawab, hormat, dan kritis melalui penguatan positif dan partisipasi aktif dari semua anggota komunitas sekolah.

Dalam menerapkan budaya positif di kelas, guru harus memulai dengan membuat kesepakatan kelas bersama murid-siswi untuk memastikan bahwa semua anggota kelas memahami dan mematuhi pedoman yang telah disepakati untuk perilaku yang dapat diterima di lingkungan belajar.

Post a Comment

Previous Post Next Post